L A B E L

Labeling, Labelling, Labeler, Iklan, BO - Bimbingan Orang Tua -, D - Dewasa -, SU - Semua Umur -, Film, Movie, Kartun, dan Pendidikan. Blog ini untuk membantu kita melihat sisi lain dari persepsi yang diinginkan dari marketer dunia. Jangan mau jadi korban iklan dan acara tv.

Perempuan Lebih Suka Pria Berjenggot


By: Amelia Ayu Kinanti - detikhot
Jakarta

Bagi para laki-laki yang tak suka berjenggot, lebih baik Anda mulai pertimbangkan lagi. Menurut penelitian, ternyata perempuan lebih suka pria berjenggot lho.
Sebuah penelitian dilakukan terhadap perempuan berumur 18-44 tahun. Mereka semua diperlihatkan15 gambar pria yang memiliki jenggot dengan beberap tingkatan. Ada yang dagunya mulus tanpa bulu, sedikit jenggot hingga yang jenggotnya lebat. Perempuan-perempuan tadi kemudian harus memilih, pria-pria mana yang menurut mereka dewasa, romantis, agresif dan serius dalam berhubungan cinta.
Dikutip detikhot dari Telegraph.co.uk, Kamis (3/7/2008) hasil penelitian itu cukup mengejutkan. Mayoritas perempuan-perempuan tadi selalu memilih pria-pria yang berjenggot ketika menjawab pertanyaan yang diajukan.
Perempuan-perempuan itu juga menganggap pria-pria yang tidak bercukur memiliki daya tarik tersendiri. Mereka juga lebih memilih pria-pria berjenggot sebagai pasangan hidup mereka.
Tertarik memelihara jenggot?(kee/eny)

http://www.detikhot.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/07/tgl/03/time/162149/idnews/966596/idkanal/227

Nolak Satu M


By Akmal:

assalaamu’alaikum wr. wb.

Saat memberikan kuliah hari Sabtu yang lalu (05/07), Ust. Didin Hafidhuddin membagi kisah yang didapatnya dari perbincangan dengan Gubernur Jabar yang baru saja terpilih, yaitu ust. Ahmad Heryawan. Menurut cerita Sang Gubernur, tidak lama setelah beliau dilantik, datanglah seorang pengusaha besar kepada beliau yang hendak ‘menyetor’ uang. Jumlahnya tidak main-main ; tidak kurang dari 1 miliar rupiah!

Bagi mereka yang mengenal ust. Ahmad Heryawan secara pribadi pasti tahu bahwa beliau adalah pribadi yang sangat bersahaja. Kehidupannya selama ini selalu sederhana, baik sebelum menjadi anggota dewan maupun sesudah. Menolak 1 miliar rupiah bukan perkara yang gampang. Bayangkan betapa banyak permasalahan finansial yang bisa diselesaikan dengan uang sebanyak itu ; mulai dari sekolah anak sampai kuliahnya, biaya hidup, biaya renovasi rumah (kalau perlu), beli mobil (kalau mau), dan sebagainya.

Akan tetapi uang itu ditolak dengan lembut. Kata Sang Ustadz (merangkap Gubernur), kalau mau menyumbang, nanti ia akan mengirimi daftar sekolah yang butuh bantuan, rumah sakit yang kurang dana, dan semacamnya. Tidak perlu lagi setor-setor ke Gubernur, karena masing-masing sudah mendapat gaji yang cukup layak.

Ust. Didin menambahkan bahwa kalau ustadz yang jadi pejabat memang harus beda dari yang lain. Tidak lupa beliau juga memberi saran agar lain kali menerima tamu yang semacam itu harus ditemani minimal dengan seorang sahabat yang terpercaya. Selain supaya ada saksi (supaya nama baik tidak tercemar di mata KPK), juga untuk menguatkan hati agar tidak pernah tergoda untuk melakukan maksiat.

Saya pun berbisik pada Mas Satriyo, “Dalam satu malam saja bisa bikin pahala semiliar! Ngiri nggak tuh?”

Bicara memang gampang. Tapi sebenarnya posisi Sang Ustadz tidak seenak itu ketika melihat uang semiliar di hadapannya. Sebab selain berpotensi mendulang pahala semiliar rupiah, beliau pun bisa mendapat dosa semiliar rupiah. Semua tergantung pada imunitasnya sendiri terhadap godaan hawa nafsu. Mau melawan atau tunduk? Mau yang enak tapi haram, atau yang jauh lebih enak tapi halal?

Kontras sekali dengan posisi Al Amin Nur Nasution yang – saya yakin – kini sedang menghadapi masa-masa terberatnya. Sudah jatuh tertimpa tangga, itu masih lumayan. Sekarang ini ia sudah jatuh, tertimpa tangga, lalu digebuki massa pula. Belum selesai kasus suapnya, kini mengemuka beberapa tuduhan baru setelah rekaman pembicaraannya disiarkan ke seluruh penjuru Indonesia. Belum lagi urusan rumah tangganya yang carut-marut.

Kita tidak perlu mendahului pengadilan. Al Amin belum dinyatakan bersalah oleh Hakim. Yang jelas, sebelum palu diketuk pun, masyarakat sudah menghakiminya duluan. Ini adalah siksaan yang sangat berat, dan saya tidak mau membayangkan bagaimana rasanya berada dalam posisi Al Amin kini.

Kasus Al Amin – terutama rekaman suara yang diperdengarkan kemarin – telah mengajarkan kepada kita betapa orang-orang yang suaranya terekam di situ telah kehilangan sensitifitas hati nuraninya. Mereka merasa jauh dari pengawasan Allah SWT, dan jelas telah jauh pula dari predikat ‘ihsan’. Betapa ngeri membayangkan uang ratusan juta bisa dikorup hanya melalui pembicaraan singkat di telepon saja. Seratus-dua ratus juta rupiah yang seharusnya menjadi rejeki rakyat bisa bergerak ke mana saja tergantung negosiasi orang-orang tertentu. Dalam sekejap, uang ratusan juta bisa berpindah rekening. Yang mengirimnya mendapatkan ratusan juta dosa, yang menerimanya mendapatkan ratusan juta dosa, dan yang mengetahui dan mendiamkannya pun mendapatkan ratusan juta dosa. Betapa dinamisnya transaksi pengiriman dosa di dunia para pejabat!

Ratusan juta rupiah uang haram bukan satu-satunya aspek mengerikan yang dibahas via telepon itu. Masih ada pula transaksi perempuan panggilan yang tidak ubahnya sebuah mouse pad dalam transaksi pembelian komputer ; cuma bonus! Tidak ada harganya, murahan, dan diberikan cuma-cuma sebagai ‘pengikat hubungan baik’. Cis! Celaka transaksinya, celaka yang bertransaksi, dan celaka perempuan yang mau dihargai sebagai bonus murahan. Untuk yang satu ini, saya tidak bisa menemukan ‘konversi’ yang tepat untuk mengkalkulasi dosanya. Cukuplah ucapan : na’uudzubillaahi min dzzaalik!

Semakin tinggi posisi kita berada, memang semakin di ujung tanduk. Jalan menuju surga dan neraka cuma sejarak uluran tangan. Jika tawaran berlumur maksiat itu disambut, maka barangkali nerakalah tempat kita tinggal kelak. Namun jika berhasil menguatkan diri untuk menolaknya, maka surga penuh dengan kenikmatan yang tak pernah mata melihatnya, tak pernah telinga mendengarnya, dan tak pernah akal membayangkannya. Pilihannya sederhana, namun tidak selalu mudah. Dalam dunia pejabat, pilihannya malah tak pernah mudah.

wassalaamu’alaikum wr. wb.

http://akmal.multiply.com/journal/item/682/Sejarak_Uluran_Tangan

Hari Tanpa Televisi 2008


Ajakan Koalisi Nasional HTT 2008: Ikuti "HARI TANPA TV 2008" (MINGGU 20 JULI 2008)

"Sebagian besar anak-anak Indonesia menonton TV sekitar 1.600 jam setahun, padahal hanya 740 jam mereka belajar di bangku sekolah."

TV memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. TV dapat menjadi sumber informasi dan edukasi yang sangat handal. Namun TV juga dapat menjadi sumber hiburan yang tiada henti. Aktivitas menonton telah TV memangkas waktu interaksi dalam keluarga, menimbulkan dampak negatif berupa peniruan dan penanaman nilai pada anak-anak dan remaja, berkontribusi pada gaya hidup yang tidak sehat, konsumtif, dsb. Fungsi siaran TV sebagai hiburan jauh lebih menonjol dibanding dengan fungsi yang seharusnya bisa diperankan berupa informasi dan edukasi. Keluarga yang mengalokasikan waktu yang lebih sedikit untuk menonton TV, akan mempunyai lebih banyak waktu untuk aktivitas-aktivitas yang lebih posistif, interaktif dan mempererat hubungan kekeluargaan. Penelitian Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah jam menonton TV pada anak-anak usia sekolah dasar berkisar antara 30-35 jam seminggu, ditambah dengan sekitar 10 jam untuk bermain video game. Ini adalah jumlah waktu yang terlalu besar untuk hiburan yang kurang sehat bagi anak dan remaja. Dalam setahun, jumlah jam menonton TV ini mencapai lebih dari 1.600 jam. Bandingkan dengan jumlah jam belajar di sekolah dasar negeri selama setahun yang hanya sekitar 740 jam untuk kelas rendah. Secara umum dapat dikatakan bahwa ketergantungan anak pada tayangan TV sudah sangat tinggi dan mencapai titik yang mengkhawatirkan. Ada beberapa fakta yang dapat menggambarkan betapa mengkhawatirkannya ketergantungan itu: Pertama, belum terbentuk pola kebiasaan menonton TV yang sehat. TV masih menjadi hiburan utama keluarga yang dikonsumsi setiap hari dalam waktu yang panjang tanpa seleksi yang ketat terhadap pilihan acara yang mereka tonton. Kedua, kebanyakan isi acara TV kita tidak aman dan tidak sehat untuk anak.
Banyak acara TV dengan kandungan materi untuk orang dewasa yang ditayangkan pada jam-jam anak biasa menonton dan kemudian disukai dan ditiru oleh anak-anak. Contoh yang ekstrim, peniruan adegan laga dalam tayangan TV oleh anak telah menimbulkan beberapa korban jiwa.
Ketiga, lemahnya peraturan bidang penyiaran dan penegakannya. Sejak indutri televisi berkembang pesat, permasalahan yang terkait dengan isi tayangan makin membesar. Hingga kini masalah tersebut belum dapat diatasi dengan efektif.
Oleh karena itu, Koalisi Nasional HARI TANPA TV 2008 menyerukan kepada seluruh masyarakat untuk mematikan pesawat televisi selama sehari penuh pada hari MINGGU 20 JULI 2008. Dengan mematikan TV selama sehari penuh dan mengajak anak-anak untuk memiliki kegiatan lain selain menonon TV, dapat menjadi langkah awal kita untuk mengurangi ketergantungan anak pada televisi. Dengan bersedia mematikan TV seharian, maka hal itu menjadi bukti bahwa kita sadar mengenai perlunya pengaturan dalam menonton TV bagi anak-anak kita. Selain itu, perlu dilakukan upaya bersama seluruh komponen masyarakat untuk mendesak dan mempengaruhi industri penyiaran agar lebih memperhatikan isi tayangan dan pola penyiaran yang memperhatikan perlindungan terhadap anak. Tekanan yang paling efektif bagi industri televisi adalah apabila masyarakat secara bersama-sama tidak menonton TV sama sekali, atau secara selektif tidak menonton acara tertentu dalam waktu yang panjang.
Dukungan masyarakat akan disampaikan kepada industri penyiaran, Komisi Penyiaran Indonesia, Departemen Komunikasi dan Informatika, Komisi I DPR-RI, dan berbagai pihak terkait.

Sampaikan dukungan anda melalui e-mail ke haritanpatv@ kidia.org; SMS ke nomor 0812-1002.4009; dan fax: 021-8690.5680; websitehttp://www.kidia. org
Jakarta, 11 Juli 2008

Guntarto,

Ketua SC Koalisi Nasional HTT 2008

Labeler Evolusi

PENIPUAN EVOLUSI
PENIPUAN EVOLUSI
CLICK HERE TO ORDER


Perkembangan terkini dalam bidang sains sangat jelas membuktikan kesalahan Teori Evolusi. Sebab utama fahaman Darwinisme masih disebarkan kepada umat manusia melalui kempen propaganda sejagat yang dijalankan adalah tersembunyi di sebalik aspek ideologi teori ini.
Buku ini akan menjelaskan keruntuhan saintifik mengenai teori evolusi sebagai satu kebenaran untuk manusia. Buku ini menjelaskan penipuan dan penyelewengan yang diusahakan oleh para evolusionis untuk 'membuktikan' teori ini. Setiap orang yang ingin mengetahui lebih mendalam hakikat asal-usul semua makhluk kehidupan, termasuk manusia adalah dianjurkan untuk membaca buku ini

BAHAGIAN 1: PENYANGGAHAN DARWINISM

Pengenalan:

Mengapa Teori Evolusi?

Sebahagian masyarakat yang pernah mendengar tentang "Teori Evolusi" atau "Darwinisme", mungkin menyangka ia hanyalah sebuah konsep biologi saja dan tidak mempunyai apa-apa kepentingan di dalam kehidupan mereka. Suatu kesalahan yang besar, karena ia tidak hanya berkisar dengan kepentingan biologi saja, malah teori evolusi adalah suatu penyelewengan falsafah yang telah mempengaruhi banyak orang.

Falsafah ini adalah "materialisme", yang mengandungi kepalsuan tentang bagaimana kita datang (asal kejadian). Matlamat utama materialisme tiada yang lain melainkan kebendaan dan kebendaan itu adalah intipati segalanya. Bermula dari persoalan pokok inilah ia telah menolak kewujudan seorang Al-Khaled (Pencipta), yaitu Allah. Meletakkan segalanya pada status benda, anggapan ini menjadikan manusia satu makhluk yang hanya mengambil berat tentang kebendaan dan mengetepikan segala jenis nilai-nilai moral. Ini adalah permulaan sebuah tragedi yang akan menimpa kehidupan manusia.

Bahaya materialisme tidak hanya terhadap kepada individu sahaja, tetapi ia juga akan menghancurkan nilai-nilai asas yang dipegang oleh sebuah negara dan masyarakat, seterusnya membentuk sebuah masyarakat yang tidak berjiwa dan hilang sentivitinya, sehingga yang menjadi perhatian utama mereka ialah kebendaan. Memandangkan anggota sesebuah masyarakat itu boleh menerima fahaman-fahaman yang idea seperti semangat pejuangan, kecintaan kepada seseorang, keadilan, kemuliaan, kejujuran, pengorbanan, amanah, atau moral- moral yang baik, susunan masyarakat yang diasaskan oleh individu-individu ini telah ditakdirkan untuk dimusnahkan dalam masa yang singkat. Dengan sebab itu, materialisme merupakan satu daripada beberapa bahaya terhadap nilai-nilai asas politik dan masyarakat sebuah bangsa.
Satu lagi keburukan materialisme ialah anjurannya terhadap keganasan dan perbalahan yang menyerang sesebuah negara dan masyarakatnya. Komunisme, pegangan asas ideologi ini, adalah hasil daripada falsafah materialis. Ia berusaha untuk membasmi fahaman-fahaman suci agama sesuatu negara dan keluarga, ia mengandungi dasar ideologi bahawa setiap bentuk perbuatan-perbuatan yang terpisah secara langsung menentang struktur negeriyang bersatu.

Teori evolusi mengandungi asas saintifik materialisme yang menjadi sandaran fahaman komunis. Dengan merujuk kepada teori evolusi ini, komunis mencari kebenaran dirinya sendiri dan mendakwa bahawa ideologinya adalah yang paling tepat dan selamat. Sebab itulah, pengasas komunisme, Karl Marx, menulis untuk buku Darwin, bertajuk "The Origin of Species" yang membahaskan dasar teori evolusi, sebagai "… ini adalah buku yang mengandungi asas sejarah semulajadi untuk panduan kita". 1

Dengan sebab itu, setiap fahaman materialis, yang menjadikan idea-idea Marx sebagai rujukan, sesungguhnya telah musnah kerana teori evolusi telah dipatahkan hujahnya melalui kajian sains moden. Sains telah membuktikan kesilapan teori ini dan akan berterusan membuktikan kesilapan andaian materialis yang beranggapan bahawa kewujudan itu tidak lain melainkan suatu benda (jisim), dan membayangkan bahawa setiap kejadian itu terhasil daripada satu kejadian yang lebih awal daripadanya (berperingkat-peringkat).

Tujuan utama buku ini ialah untuk mendedahkan fakta-fakta saintifik yang menyanggah teori evolusi di dalam segenap lapangan dan memaklumkan kepada masyarakat tentang kepalsuan, penipuan dan tujuan sebenar "sains" (evolusi) ini, yang sememangnya telah jelas sebagai suatu fakta yang sesat.

Perlu ditegaskan di sini, bahawa para ahli evolusi tidak mempunyai jawapan terhadap buku yang sedang kamu baca ini. Dan mereka sendiri tidak akan sama sekali cuba untuk menjawabnya kerana ia hanya akan memudahkan masyarakat mengenal pasti kepalsuan teori mereka ini.

Istirahat sambil Belajar


Ada dua lelaki yangg sedang membelah kayu sepanjang hari. Yang satu bekerja terus, tanpa berhenti untuk beristirahat. Pada akhir dari hari kerjanya, ia memperoleh setumpuk kayu bakar yang lumayan banyaknya. Yang satu lagi membelah kayunya tiap kali selama 50 menit dan kemudian istirahat selama 10 menit. Pada akhir hari kerjanya ia memperoleh kayu yg lebih banyak.

Bagaimana mungkin kayu yang kau belah menjadi lebih banyak? Tanya orang yang bekerja tanpa henti itu. Temannya menjawab, “Ketika saya berhenti istirahat, saya juga mengasah kampak saya.”

R U BLIND

Di suatu desa, berlaku suatu peraturan tentang kebisingan suara yang hanya mengizinkan burung-burung untuk bersiul selama 30 menit pada siang hari dan 15 menit untuk malam hari. Akhirnya, penyusun peraturan itu, dibanjiri telepon dari seluruh negeri yang menanyakan bagaimana ia dapat menghentikan siulan burung. Sang Penyusun Peraturan menjawab, “Saya kira saya membuat peraturan itu dengan buru-buru, sampai saya tidak pernah mempunyai kesempatan berpikir tentang hal itu”.

Kawin di Bawah Hukum

What is Label in this blog?

Label…. Menurut saya label lebih dari sekedar kata-kata. Ia merupakan suatu pemberian nama yang disematkan untuk keperluan pemberian perlakuan. Nama anda pun merupakan suatu label. Merek, brand atau semacamnya merupakan suatu bentuk label. Kata halal pada iklan warung makan pun, suatu bentuk label. Apa saja dapat diberi label. Labelisasi merupakan suatu kegiatan umum manusia untuk melangsungkan kehidupannya di muka bumi ini. Sejak kita kecil, kita berusaha memberi label apa saja yang ada disekitar kita. Memegang benda kotak, kubus, bulat, sampai-sampai kita mencoba menggigitnya atau menelannya. Konon kecerdasan manusia itu salah satunya diukur dari kemampuannya memberi label secara tepat terhadap suatu objek. Contoh saja, pemberian label marah. Bila kita salah menafsirkan kata marah dengan kata benci terhadap perasaan yang bergejolak dalam diri kita, maka besar kemungkinan kita akan salah memberi perlakuan terhadap diri sendiri. Anda bilang sedang marah, sehingga nasihat orang lain terhadap anda adalah untuk mengobati rasa marah. Tapi karena sebenarnya anda sedang benci, maka obat nasihat orang lain itu tidak akan manjur bagi anda. Salah diagnosis, maka salah pula perlakuannya. Hanya karena salah label.

Sederhana memang mengenai label ini … kesalahan pemberian label akan menimbulkan dampak yang ringan sampai serius. Tergantung derajat kegunaan label itu … maka dampaknya pun dapat serius atau tidak.

Label banyak kegunaannya … dari pengembangan ilmu sampai profokasi untuk suatu kepentingan. Contoh: Pemimpin USA memberi label TERORIS pada umat Islam sedunia. Atau jangan itu deh … Presiden Bush menyatakan Saddam Husein telah berlaku dzalim pada warganya, ditambah ancaman Irak terhadap tetangganya dengan program bom nuklirnya (yang sampai sekarang ternyata laporan bom nuklirnya itu salah), dan oleh sebab itu ia layak diturunkan dengan bantuan tentara USA. Hebatkan … labelisasinya … menjadi justifikasi baginya untuk menduduki Irak dan menguasai sumber daya alamnya.

Kesalahan labelisasi dapat menjadi bencana kemanusiaan … yang akan kita sesali seumur hidup. Atau kita tidak perlu menyesal karena kehidupan akan terus berjalan. Dia yang kuat dia yang akan berkuasa…. Itukah label bagi para apatis bagi kehidupan ini ?

Pernah mendengar kisah si penunggang unta dengan untanya? Begini ceritanya ….

Si penunggang diberi tahu oleh si pemilik unta bahwa bila ia berkata bismillah, maka unta akan berhenti. Bila berkata Alhamdulillah, maka si unta akan berjalan. Akhirnya si penunggang menunggangi si unta menuju suatu tempat yang jauh. Di perjalanan, tanpa disadari si unta ternyata sedang berjalan menuju jurang yang dalam. Melihat hal itu, sontak si panunggang berkata bismillah. Segera saja si unta berhenti ….. tepat di tepi jurang. Segera saja, si penunggang memanjatkan syukur atas keselamatnya dengan mengucapkan Alhamdulillah. Mendengar kata itu, si unta segera berjalan …..akhirnya anda tahu sendiri kan?

Kisah di atas diharapkan menjadi pelajaran bagi kita. Si penunggang dan si unta memiliki perbedaan label atas kata Alhamdulillah. Perbedaan itu ternyata berakibat buruk bagi keduanya.

So keep read this blog and get the rss feed.



Keterbatasan Diri Spiderman

Walaupun ia adalah pembela kebenaran, namun tidak semua kasus kejahatan dapat ia atasi, contohnya: Korupsi, Mafia ekonomi dan Kejahatan pendidikan.

Buta Huruf di Abab 21

Wah buta huruf …. Biasanya dianggap ketidakmampuan untuk membaca huruf untuk menjadi informasi baginya. Tapiiii … apakah memang begitu maknanya? Bagi orang yang diberi label buta huruf ada yang merasa gerah disebut begitu … namun ada pula yang biasa aja karena sudah banyak yang melek huruf. Jadi bisa diminta bantuan untuk membacakannya.

Seiring dengan usaha masyarakat kita dalam menumpas buta huruf …. saat ini ada suatu perubahan definisi mengenai buta huruf. Jadi dengan definisi ini mungkin akan menambah jumlah orang yang dikategorikan buta huruf. Bisa jadi anda orangnya …

Definisi itu adalah sebagai berikut:

“Buta huruf adalah ketidakmampuan seseorang dalam membaca, mengambil makna serta menggunakannya untuk kehidupannya yang lebih baik”.

Ya … definisi ini saya yang buat … maaf ya … dari pengalaman dan wawasan yang saya peroleh.

Kenapa begitu? Karena alasan sebagai berikut:

Zaman sekarang (akhir 2006) …. Kita sudah sering mendengar bahwa ini zaman informasi. Atau mungkin sudah sering mendengar istilah “Teknologi Informasi”. … IT kerennya. Tapi tahukah anda dampak IT terhadap kehidupan dunia?

Dampaknya adalah semakin cepatnya orang untuk mengakses informasi dan memanfaatkanya. Kalau dahulu memerlukan beberapa hari untuk informasi bencana alam, kini dalam sekejab sudah dapat kita dengar beritanya. Transaksi bisnis yang dahulu harus mengurusnya dalam beberapa hari, sekarang dalam waktu singkat transaksi dapat terjadi dalam hitungan detik, hanya dari klik mouse di tangan. Media internet sebagai salah satu IT sudah seperti perkampungan dunia yang penuh dengan kota-kota informasi. Singkatnya kecepatan informasi membuat orang untuk semakin cepat bertindak mengantisipasi atau untuk berbagai keperluan. Selain itu setiap orang bebas memasukkan data, berita dan sebagainya ke media internet. Bayangkan ratusan juta manusia memasukkan informasi ke dalam media tersebut. Terjadilah apa yang disebut dengan banjir informasi.

Yang namanya banjir itu ada saja yang dibawanya. Anda bisa perhatikan banjir menyeret berbagai objek apa saja. Dari debu, kotoran, daun pisang sampai mobil sekalipun. Nah … begitu juga dengan internet, isinya dari sampah sampai yang bermanfaat banget. Apa hubungannya dengan buta huruf zaman sekarang? Informasi yang sudah seperti air bah itu, meuntut kita untuk semakin selektif dalam memilah memilih informasi yang kita butuhkan. Dan satu hal lagi yang penting di sini adalah kecepatan dan kualitas tanggapan anda terhadap suatu informasi. Bila anda tidak membaca terhadap perubahan di dunia ini, maka anda hanya menjadi penonton. Dalam kata lain menjadi “victim” alias korban.

Melek huruf nggak sekedar anda baca … ooooh .. tau …. trus gimana??? … Nah ini lho yang menjadi perbedaan dari orang yang melek huruf sebenarnya dengan buta huruf zaman sekarang.

Saya ambil contoh sederhana saja, di pinggir jalan anda pasti pernah melihat iklan rokok terpampang di tepi jalan. Dalam iklan itu ada semacam ajakan untuk memakai produk rokok itu, alias anda harus beli. Anda tahu atau tidak produk rokok itu berbahaya bagi kesehatan? Syukurnya setiap iklan rokok diwajibkan untuk menyampaikan resiko kesehatannya. Nah …. Anda baca iklan itu …. Oooh tau produk rokok itu … trus apa tindakan anda menanggapi iklan itu? Iklan itu menginginkan agar anda membeli produk itu. Sekarang anda memerlukan rokok itu nggak? Ups …. sebelumnya anda perlu bertanya produk ini baik tidak untuk diri anda? Nah lho … di situ sudah tertera adanya resiko kesehatan. Nah apa pilihan anda? Apa alasannya?

Sekali lagi ya .. anda baca … anda lihat … anda tahu … sekarang apa pilihan anda? Kok contohnya iklan rokok sih? OK saya ambil contoh lain deh … di suatu makanan kaleng tertulis dalam keterangan bahan-bahan yang dipakai salah satunya tertera natrium benzoat. Anda baca … anda tahu itu bahan pengawet makanan … lalu apa pilihan anda menanggapi produk itu?

Sama juga dalam dunia internet … banyak sekali hal yang dapat anda baca … secara sengaja maupun tidak sengaja. Tapi yang jadi pertanyaan adalah apakah anda akan menelan bulat-bulat informasi itu. Apa langkah-langkah berpikir anda menanggapi informasi itu? Dan apakah informasi itu bermanfaat atau tidak?

Kita bila tidak mampu menyeleksi, memilah, memilih, menentukan validitas informasi, kebermanfaatannya, dampak informasi dan menentukan tindakan anda, maka saya hanya menyatakan, “selamat anda menjadi korban informasi” akibat buta huruf abad milenium.

Kapitalisme

Saat ini, kita perlu berbicara mengnai label yang tidak pernah asing lagi bagi telinga kita, yaitu KAPITALISME.

Zaman ini, ungkapan kapitalisme dianggap memiliki label baik dan buruk. Ada orang yang sangat mengecam kapitalisme. Ada pula yang mengaku dirinya murni kapitalis. Tapi ngomong-ngmong kapitalisme itu apa sih? Kita harus tahu lho biar nggak ketipu.

Dari apa yang saya pahami mengenai kapitalisme, adalah sebagai berikut (ingat ya dari yang saya pahami, tentu dari berbagai referensi):

Paham kapitalisme beranggapan bahwa manusia memiliki sisi yang tidak terbatas, sedangkan sumber daya alam terbatas. Kebutuhan manusia harus terpenuhi dengan keadaan sumber daya yang terbatas. Inilah yang akhirnya menjadi suatu perlombaan bagi manusia untuk saling menguasai sumber daya alam yang terbatas itu dengan berbagai cara. Siapa saja yang menguasai kapital (sesuatu berharga yang bernilai tinggi; modal) akan dapat menguasai perekonomian. Perekonomian kapitalisme memiliki aplikasi prinsip yang sering kita dengar sejak kita duduk di bangku sekolah dasar, yaitu menjual dengan harga yang setinggi-tingginya dengan modal yang serendah-rendahnya.

Sehingga dalam aplikasinya yang berkuasa dalam perekonomian kapitalis adalah para pebisnis yang menguasai modal yang besar. Sektor utama dalam ekonomi kapitalis adalah enterprice (para pebisnis). Apakah pemerintah menguasai perekonomian? Dalam teori ekonomi kapitalis, peran pemerintah hanya untuk mendukung peran pebisnis untuk lebih menyubur makmurkan perilaku pebisnis agar bisa berjalan lancar dan berkembang.

Pemerintah dalam ekonomi kapitalis dianggap sebagai sektor kedua untuk bisa menyeimbangkan perkembangan kapital di masyarakat. Pemerintah berperan menambal sesuatu yang kurang dalam usaha enterprice. Sesuatu yang menjadi masalah bila hanya sektor enterprice saja yang berjalan.

Masalah yang terjadi adalah masalah monopoli yang dapat mengakibatkan mandeknya inovasi dan memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin. Inovasi penting karena peningkatan kesejahtaeraan itu salah satunya adalah penemuan-penemuan baru untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia. Selain itu masalah jurang si kaya si miskin yang semakin lebar dapat mengakibatkan terjadinya instabilitas ekonomi. Tingkat kejahatan meningkat. Kerusuhan mengancam para pebisnis.

Nah peran pemerintah adalah supaya tidak terjadi monopoli, mengembangkan inovasi baru, dan menyalurkan dana hak si miskin dari si kaya.

Bicara sedikit mengenai inovasi. Dalam prinsip kapitalis, semuanya dapat dijual. Sehingga ada istilahnya money is just idea. Kita bisa mendapatkan uang dengan kecerdasan. Artinya apa? Semuanya bisa kita jual sepanjang ada yang mau beli. Dan pembeli mau membeli bila ada kebutuhan terhadap hal itu. Memindahkan uang orang lain kepada kantong kita, itu hanya akal-akalan kita untuk melakukannya. Kebutuhan itu dapat kita buat dan kita jadikan tren di dalamnya. So its about idea and how to make it real. Namun tidak semua ide langsung dapat dijual, tergantung apakah ada pangsa pasarnya atau tidak. Sehingga suatu ide yang konkrit dapat dikapitalisasi bila sudah ada pangsa pasar yang mampu menyerapnya. Istilah kerennya ada yang mau beli, beli dan beli dan beli. … ide konkret itu.

Bila bicara how to make it real, kita sudah memiliki alat manajemen, sdm, hukum dan sebagainya yang dapat diimplementasikan. Sekarang yang jadi pertanyaan adalah apa idenya. Nah permasalahan inovasi adalah bila ide konkret itu belum tersedianya pangsa pasar, misalnya inovasi sepatu otomatis yang dapat berbicara dengan pemiliknya, sehingga dengan memakai sepatu itu pemiliknya tidak kesepian, plus bila ia tidur sepatu itu dapat menjalankan kaki pemiliknya ke tempat yang telah diprogram. Hebatkan ide itu … namun apakah ada yang mau membelinya? Ada juga ide penggunaan bahan bakar dari bahan minyak tumbuh-tumbuhan. Jelas inovasi itu bagus, namun bila belum ada pasar yang bisa menyerapnya, maka inovasi itu hanya akan menjadi pajangan inovasi yang tak terpakai. Bagaimana agar inovasi itu terpakai? Harus ada pendidikan pasar, mengenai kelebihan-kelebihan, keunggulan dan jaminan produk itu. Plus usaha untuk bisa terjangkau oleh pasar yang dimaksud, dan lain-lain. Nah peran pemerintah salah satunya adalah membuka dan mengembangkan inovasi-inovasi sehingga bila telah terbentuk pasarnya, maka selanjutnya pihak enterprice mengambi alih dan mengembangkannya.

Ok sampai di sini gimana? cape bacanya? Kita terusin ya!

Nah adanya dua sektor ini (enterprice & government), tidak serta merta semua permasalahan terselesaikan. Muncul masalah baru, yaitu pengaruh enterprice terhadap regulasi (undang-undang) yang dibuat pemerintah, termasuk praktek regulasi di lapangannya. Jelas enterprice sangat berkepentingan terhadap segala undang-undang yang berlaku di negara tempat ia berbisnis. Bila peraturan itu justru dianggap mengekang praktek bisnisnya, maka ia akan mencari celah untuk bisa melegalkan. Caranya bisa kolusi dengan aparat pemerintah.

Perlu teman-teman sadari, yang namanya pegawai (orang yang bekerja untuk orang lain –pemilik bisnis) adalah bagian dari modal perusahaan. Prinsip ekonomi kapitalis menempatkan modal sekecil-kecilnya dengan laba atau keuntungan yang besar dalam penjualannya. Maka jangan aneh bila gaji karyawan akan terus ditekan sedemikina rupa, karena ia adalah bagian dari pengeluaran perusahaan (modal). Nah .. bila anda ingin kaya bukan menjadi karyawan tempatnya … tapi menjadi pebisnis dan atau investor. Pemerintah dalam hal ini mengeluarkan undang-undang untuk meredam kemarahan karyawan atau buruh dengan sistem upah atau gaji minimum regional. Serta mengawasi praktek perusahaan dalam membina karyawannya. Tapi bagaimanapun juga kenyataannya pengusaha adalah penguasanya. Pembuat undang-undang dapat dibayar sesuai pesanan pengusaha. Aparat dilapanganpun dapat dibungkam mulutnya dengan duit. Ingat … dalam ekonomi kapitalis semua dapat dijual, termasuk pembuatan undang-undang dan laporan pengamatan lapangan.

Selain kelemahan kolusi antara dua sektor ini, kelemahan lain adalah cara pemberian dana sosial pada masyarakat miskin dengan mengelontorkan dana begitu saja pada orang yang dianggap berhak menerimanya. Pemberian dana ini dalam rangka untuk mengurangi kedalaman jurang antara si kaya dan si miskin. Contoh yang sangat terlihat adalah pelaksanaan program dana subsidi BBM pada orang-orang miskin. Anda dapat lihat di televisi atau di kantor pos betapa tidak manusiawinya ketika dana itu diberikan. Ada nenek-nenek yang pingsan dan sebagainya. Yang jadi pertanyaan adalah ortang yang diberikan dana itu akan serta merta berubah statusnya dari miskin menjadi menegah atau dari bawah garis kemiskinan naik derajatnya menjadi miskin? Saya tidak yakin positif jawabannya. Inilah kelemahan kedua yaitu tidak bermartamat dan mendidik dalam penyaluran dana sosial.

Ok … kelemahan pertama mungkin dapat ditutupi dengan komitmen pemerintah untuk memberantas KKN. Selain itu pengusaha didorong untuk melakukan praktek bisnis yang beretika dan komit untuk melakukannya. Selain itu juga harus ada usaha masyarakat untuk memperkuat sendi-sendi kehidupannya dengan lebih banyak memperhatikan lingungan sekitarnya dari kerawanan sosial dan kesehatan.

Nah saatnyalah lahir sektor ketiga dalam ekonomi kapitalis, yaitu sektor valunteer (sukarela). Suatu sektor yang bersifat nirlaba. Namun dapat menjadi laba bila pasarnya memungkinkan. Usaha-usaha sukarela yang tidak bisa dilakukan oleh dua sektor terdahulunya, namun tetap sektor ini dibuat untuk mendukung sektor yang pertama, yaitu enterprice. Pembentukan yayasan, LSM, NGO (Non Government Organization), komunitas sosial, atau badan wakaf adalah contohnya. Sektor ketiga ini jelas untuk menutupi kelemahan pangsa pasar yang kurang terhadap inovasi baru dan pemberian dana sosial yang bermartabat dan mendidik.

Bagaimana kapitalisme Indonesia. Yang saya tahu paham Pancasila jelas-jelas menentang habis kapitalisme. Dalam sila kedua saja Kemanusiaan yang adil dan beradab, ini sering dilanggar dalam praktek kapitalis. Sila kelima; Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka jelas ini dilanggar karena kapitalis hanya membuat makmur segelintir orang saja. Ingat prinsip Pareto dalam kapitalis … terdapat 20% jumlah total penduduk yang menguasai 80% kekayaan masyarakat seluruhnya.

Dalam sejarahnya orde lama menggunakan paham ekonomi sosialis dimana negara mengatur perekonomian dan mengabdi pada kepentingan masyarakat. Masyarakat pun didorong berlomba-lomba untuk melakukan perilaku sosial demi terwujudnya kesejahteraan bersama. Namun pada orde baru paham ini diubah menjadi paham ekonomi kapitalis, di mana para pebisnis atau konglomerat adalah yang berkuasa untuk menentukan kebijakan ekonomi. Pemerintah mengabdi pada konglomerat agar bisnis dalam negara ini tetap berjalan dan berkembang.

Nah … cukup sampai di sini dulu …label kapitalisme yang saya pahami. … bagaimana tanggapan anda? Mungkin pertanyaan yang cukup menggelitik adalah:

  1. Indonesia menganut ekonomi kapitalis, pendekatan apa agar kita dapat hidup sejahtera di alam kapital ini? Menjadi pegawai? Atau pebisnis?
  2. Dalam ekonomi kapitalis semuanya diukur dengan uang. Yang jadi pertanyaan adalah seberapa nilai anda dalam perekonian kapital ini? Apa yang menjadikan nilai anda tinggi dalam ekonomi kapital?
  3. Baik atau burukkah kapitalisme ini? Apa faktor dominan yang menjadikan kapitalisme buruk? Apakah prinsip “menjual dengan harga setinggi-tingginya dengan modal sekecil-kecilya” itu baik? Jelaskan!
  4. Dalam ekonomi kapitalis, apakah prinsip pasar bebas dapat benar-benar tercipta? Apa faktor yang dapat menghalangi terjadinya pasar bebas itu?
  5. Menurut anda apa motivasi mulia di balik para entrepreneur itu? Selain menciptakan lapangan tenaga kerja baru, apa lagi motivasi mulia pebisnis untuk tetap berusaha mengembangkan bisnisnya?

Penipuan di ATM (dari MILIS)


Peristiwa ini menimpa saya Hari Minggu yang lalu di salah satu ATM Mandiri(sebut saja ATM1). Semoga tidak terulang pada pembaca.

Kejadian ini berawal ketika saya mau menarik uang di ATM Mandiri. Seperti kadang-kadang terjadi setelah saya masukkan kartu ATM, layar ATM menyatakan bahwa …..out of service atau ….maaf sementara tidak dapat melayani. Tentu saja saya langsung tekan tombol Cancel untuk membatalkan transaksi. Namun ternyata kartu ATM tidak kunjung keluar walaupun saya ulangi berkali kali dan saya tunggu.

Di saat saya berharap kartu ATM segera keluar, tiba-tiba ada seseorang laki-laki (sebut saja Mr X) yang membuka pintu ATM dan tindakan kurang etis ini tentu agak mengejutkan saya. Orang tersebut yang tampil dengan sikap dan wajah innocent (tanpa dosa) dan dengan cukup santai bertanya: Bisa Pak? Kartu saya tadi tertelan pak! Karena merasa senasib, sikap saya berubah dari curiga menjadi welcome. Setelah saya amati, ternyata kartu saya tampak sedikit (kurang lebih satu millimeter) di bibir lobang kartu ATM dan saya berusaha dengan menyelipkan dua kartu tipis untuk menjepit kartu tersebut agar dapat saya keluarkan. Usaha saya itu mendapat respon yang bersahabat dari Mr X dan segera pula ia membantu saya untuk menjepit dengan kertas yang saya gunakan tetapi kartu ATM saya juga tidak berhasil dikeluarkan.

Usaha berikutnya dilakukan oleh Mr X dengan menelpon "Bank" (katanya saya telpon bank saja pak, 14000 ya? tanyanya dan tidak saya jawab karena saya konsentrasi dengan usaha saya untuk mengeluarkan kartu ATM). Setelah dia menceritakan apa yang telah terjadi dan salah satu ungkapannya di telepon "kartu saya terganjal oleh bapak setelah saya pak!". Mr X segera menyerahkan HPnya karena pihak "Bank" mau bicara dengan saya. Pihak "Bank" setelah menanyakan beberapa data seperti nama, tanggal lahir, nama ibu kandung segera menuntun saya agar dapat mengeluarkan kartu ATM saya dan tentu saja saya turuti.

Tekan tombol di bawah angka 9; tekan tombol di bawah angka 7; tekan pin bapak; tekan ENTER. Keluar tidak pak? Tanyanya. Tidak, jawab saya. Ok pak saya akan bantu sekali lagi mengeluarkan kartu bapak. Ikuti petunjuk saya tekan tombol di bawah angka 9; tekan tombol di bawah angka 7; tekan pin bapak (pelan-pelan pak) dan saya sempat berpikir mengapa harus pelan?; tekan ENTER. Singkatnya saya menekan PIN saya sampai sekitar tiga kali yang disaksikan oleh Mr. X. Saya tidak sampai hati meminta Mr X keluar dari ruang ATM karena ia telah meminjami HP dan "menolong saya". Adegan ini berarkhir ketika pihak "Bank" tidak berhasil membantu saya dengan mengatakan: Ok pak, karena kartu bapak tidak bisa keluar, KARTU BAPAK SAYA BLOKIR SAJA DAN SAAT INI KARTU BAPAK SUDAH TIDAK BERFUNGSI. Besuk bapak segera ke Bank Mandiri setempat untuk minta terbitkan kartu baru. Karena merasa aman, saya segera tinggalkan ruang ATM dengan mengucapkan terima kasih kepada Mr. X setelah anak saya segera keluar dari mobil, menyusul ke ruang ATM menanyakan apa yang terjadi (kata saya: kartu sudah diblokir, kita pindah ATM lain saja nak).

Untungnya saya tidak menaruh semua telor saya dalam satu keranjang. Masih ada keranjang lain tidak peduli ukurannya. Segera saya menuju ATM (sebut saja ATM2) yang lain karena saya sudah ditunggu di salah satu toko untuk suatu transaksi. Sebelum saya (bersama isteri dan anak saya) masuk ke ATM2 tiba-tiba SMS banking masuk dan menyatakan rekening saya terdebet Rp 1.500.000,-. Ketika itu saya baru sadar (menurut saya bukan karena hipnotis, tetapi logis) bahwa MR X TADI TERNYATA PENIPU dan pihak "Bank" yang bicara dengan saya adalah anggota sindikatnya.

Segera saya menuju ATM1 dengan melanggar lampu merah di perempatan jalan sambil menghampiri Polantas setempat. Sampai di tempat kejadian, tentu saja pelaku sudah kabur dan selama saya menuju kembali ke ATM1, rekening saya selalu terdebet hampir setiap setengah menit Rp 1,5 juta dan berkali-kali. Saya berusaha keras untuk memblokir via 14000 tetapi selalu dijawab oleh mesin penjawab dan setelah sekian lama saya baru bisa bicara dengan operator untuk melakukan pemblokiran. Apa boleh buat saat pemblokiran saldo tinggal tersisa Rp 82 ribu.

Setelah dihubungi oleh pihak kepolisian, tidak lama berselang petugas ATM Bank Mandiri datang dan membongkar mesin ATM. Ternyata di dalam ruang kartu masuk telah diselipkan SEBATANG KOREK API yang telah dipotong "pentolan" nya. Kata petuga bank: Inilah pak yang membuat kartu bapak tidak bisa masuk….kejadian ini sudah sekitar satu tahun tapi pelakunya belum juga tertangkap…. Dia (Mr X) bisa mengeluarkan kartu bapak dengan tang/penjepit kecil…..Minggu lalu juga kejadian.

Begitu memasuki hari kerja saya laporkan ke Bank Mandiri dan petugas Customer Service menyatakan kasus ini baru pak (wah rupanya pihak bank ketinggalan juga, red) setelah dicek transaksi penarikan (oleh Mr X cs) tiga kali Rp1,5jt; 1xRp500rb; dan karena maksimum penarikan per hari Rp5jt, sisanya dihabiskan untuk belanja kilat (mungkin di toko emas) tentu dengan memalsukan tanda tangan saya. Maaf pembaca, total kehilangan tidak perlu saya beberkan semua, yang jelas tinggal Rp 82 rb alias habis dalamwaktu transaksi 17 menit.

KESIMPULAN:

1. Sindikat penipu memilih ATM yang terpencil, bukan yang di kantor bank dan/ atau yang ada security-nya.

2. Mereka memilih hari libur agar nasabah tidak dapat menghubungi bank setempat.

TIP AGAR HAL SERUPA TIDAK TERULANG PADA PEMBACA:

1. Gunakan ATM yang ada Bank-nya atau yang dekat security, hindari ATM terpencil walaupun di ATM terpencil kita tidak perlu antre.

2. Jika kartu macet dan tidak bisa keluar dengan usaha sendiri, tinggalkan saja karena orang lain tidak bisa menggunakan tanpa mengetahui PIN-nya dan segera lapor ke bank setempat (tentu pada hari kerja).

3. Pada saat pembaca panik karena jadwal padat, ditunggu dalam waktu singkat, sehingga secara emosional tidak stabil, mungkin juga sedang berantem sebaiknya hindari transaksi menggunakan ATM karena daya analisa menurun dan sangat memungkinkan terjadi kesalahan.

4. (Walau yang keempat ini tidak terkait dengan sub judul di atas) rekening yang ber kartu ATM batasi jumlahnya. Yang lain simpan saja di rekening tanpa kartu ATM dan jika terlanjur diberikan kartu ATM, kembalikan saja ke bank dan bertransaksilah via kasir.

Mohon maaf jika pembaca tersita waktunya untuk membaca ulasan peristiwa ini terutama bagi yang telah mendengar peristiwa serupa sebelumnya. Jika bermanfaat bagi pembaca, berikan (forward) info ini kepada rekan yang lain, siapa tahu mereka membutuhkan. Terima kasih.

Jika suatu saat info ini sampai kepada Mr. X yang telah menipu saya, saya berpesan carilah uang dengan cara lain karena melalui jerih payah, hasil akan lebih bisa dinikmati. Anda berkualitas dalam mendapatkan uang cepat, namun kualitas hendaknya memenuhi 5 indikator keseimbangan yaitu QCDSM (Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale). Anda baik dari sisi Quality (cerdik); anda baik dari sisi Cost (dengan biaya rendah, hanya sebatang korek api); anda baik dari sisi Delivery (dapat uang dalam waktu cepat); tapi dari sisi Safety (anda aman....tapi hanya sementara lho); dan dari sisi Morale (sayang angkanya cuma nol) karena melanggar norma.

Salam,

Wst


Best Regards,
MASARINA FLUKERIA

Dengan Imtak Menengahi Tawuran


Drs H. A. Sholeh Dimyathi, MF, MM: Dengan Imtak Menengahi Tawuran
Oleh: Fetty Shinta Lestari/Dok.Pena

Terpilih sebagai kepala sekolah berprestasi tingkat DKI Jakarta 2006. Ia menggagas model Imtak untuk membina pekerti siswa dan sebagai solusi masalah tawuran pelajar. Berkali-kali juara di ajang Lomba Kompetensi Guru. JULUKANNYA “kepala sekolah bagian luar negeri”. Soalnya, hampir tiap hari setelah pukul 10 pagi ia tidak ada di sekolah. Bukan karena dia suka keluyuran tanpa juntrungan, melainkan karena dia mengemban segudang tugas. Antara lain, ia menjadi ketua jaringan pengembang kurikulum, ketua MGMP Pendidikan Agama Islam SMK se-DKI Jakarta, ketua Imtak (Iman dan Takwa) dan ketua KKKS Kejuruan Jakarta Utara. Di antara kesibukannya itu, ia juga masih menyempatkan diri mengajar mengaji dan menjadi pengkhotbah (khatib) pada salat Jumat. Siapa dia? Dia adalah Drs HA Sholeh Dimyathi, MF, MM, Kepala SMK Negeri 56 Jakarta. Pada tahun 2006, berkat setumpuk prestasinya, Sholeh terpilih sebagai Kepala Sekolah Berprestasi tingkat DKI Jakarta. Sebelumnya, tahun 2004, Sholeh juga mendapatkan penghargaan Satya Lencana Pendidikan sebagai guru berprestasi dan berdedikasi tinggi. Sholeh juga menjadi juara umum Lomba Kompetensi Guru (LKG) tahun 1997, sehingga ia mendapatkan hadiah rumah seharga Rp 90 juta dari Presiden RI kala itu, Soeharto. Kemudian tahun 2001 dan 2002, Shaleh juga meraih juara kedua lomba LKG. IMAN DAN TAKWA Sholeh memulai kiprahnya sebagai pengajar pada 1985, dengan menjadi guru agama Islam di STM 26 Pembangunan, Jakarta. Kala itu, Sholeh melihat ada perubahan perilaku pada sejumlah siswanya. Setelah diselidiki, ternyata mereka mendapatkan doktrin yang dikenal dengan sebutan NII (Negara Islam Indonesia). Sholeh merasa heran karena doktrin NII mampu mengubah sikap para pengikutnya dalam waktu singkat. Sedangkan pendidikan agama Islam di sekolah, yang diberikan selama tiga tahun, tidak mampu merubah perilaku siswa segampang itu. Yang dipikirkan Sholeh selanjutnya bukan lagi doktrin NII, melainkan bagaimana mengemas metode pengajaran agama Islam di sekolah. Setelah melakukan penelitian, sholeh menemukan beberapa kelemahan dari metode pengajaran selama ini. ”Penilaian pada pendidikan agama Islam itu berdasarkan penilaian dakwah, dan lebih berorientasi kognitif,” kata Sholeh. Melihat kelemahan ini, Sholeh ingin memperbaikinya dengan merubah pola pendidikan agama Islam, dan mengubah strategi penilaian pendidikan agama. Sebelumnya nilai agama siswa itu diberikan oleh guru. Tapi Sholeh merubahnya dengan nilai agama yang siswa dapatkan berasal dari diri mereka sendiri. Caranya, untuk mendapatkan nilai agama, para siswa harus mengikuti kegiatan mentoring di kelas. Kemudian siswa juga wajib melakukan kegiatan mandiri berupa praktek keagamaan, seperti salat berjamaah dan salat Jumat, baik di sekolah, di rumah atau di masyarakat. Jika ingin mendapatkan nilai, maka siswa harus mengumpulkan bukti bahwa mereka memang benar melakukan praktek keagamaan. Untuk dapat bukti itu siswa harus minta tanda tangan dari guru lain yang bukan guru agama, dan orang lain yang bukan guru, termasuk orang tua, yang menjelaskan bahwa ia memang rajin beribadah. Model inilah yang disebut oleh Sholeh sebagai metode Imtak (Iman dan Takwa). ”Imtak adalah pengembangan model pembelajaraan pendidikan agama Islam,” kata Sholeh. Menurut dia, pendidikan agama Islam tidak hanya harus dilakukan di kelas, tapi seharusnya terus dilakukan selama 24 jam sehari. Model ini sempat diprotes para guru lain. Namun Sholeh menjelaskan bahwa tugas mengajarkan agama Islam kepada siswa, bukan hanya diemban guru agama. Melainkan tugas semua muslim. Untuk mengetahui keberhasilan model pembelajaran agama yang ia kembangkan, Sholeh melakukan pengujian. Di satu kelas, ia mengajar dengan cara konvensional, yaitu dengan ceramah dan sesi tanya jawab. Sedangkan di kelas lain, ia mengajar dengan model Imtak. Di kelas Imtak, Sholeh menjelaskan suatu tema dan memberikan tugas kepada siswa untuk mencari dan menyalin ayat dan hadist. Dalam memberikan nilai terhadap hasil tugas siswa, sholeh tidak membatasi tempat dan waktu. Kapan dan di mana pun siswa boleh meminta nilai dari dia. ”Kadang, baru turun dari motor, siswa sudah menondong minta nilai. Saya paraf dan berikan nilai A, tanpa saya koreksi”, kata Sholeh. Memang, Sholeh tidak pernah mengkoreksi tugas siswanya. Karena Sholeh yakin bahwa dalam mengerjakan tugas, siswa akan bersikap jujur. Sholeh memberikan nilai antara A (setara dengan angka 10) hingga D (setara dengan angka 4). Bagi siswa yang bisa menyelesaikan tugas lebih awal, nilainya akan lebih tinggi. Jadi, nilai tergantung pada keaktifan siswa. Dari hasil pengujiannya itu, Sholeh melihat 95% anak yang diuji-coba dengan model ini lebih berhasil mengubah perilaku keagamaannya. Kemudian konsep model ini dituangkan oleh Sholeh dalam karya tulis dan diikutkan LKG 1997. Ternyata ia mendapat juara pertama. SOLUSI UNTUK TAWURAN Pada 2001, Sholeh mulai berusaha memperkenalkan model Imtak ke guru agama Islam di sekolah-sekolah lain. Waktu itu ada lima sekolah yang kemudian mengikuti jejak Sholeh, dan hasilnya cukup positif. Kemudian Sholeh mempresentasikan model ini di Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Kanwil Depdikbud) DKI Jakarta bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur). Ternyata, konsep Imtak hasil kreasi Sholeh diterima oleh Suharyanto, yang waktu itu menjadi kepala bidang Dikmenjur (Sekarang Kepala Sub Direktorat SMK). Suharyanto menangkap positif model ini, dan berniat menerapkannya untuk menangani tawuran pelajar. Maklum, kala itu tawuran pelajar sangat marak, sehingga ada istilah tiada hari tanpa tawuran pelajar. Suharyanto berharap metode Imtak bisa memperbaiki citra SMK, yang kala itu paling banyak melakukan tawuran. Suharyanto meminta Sholeh membuat disain baru pengembangan Imtak sehingga bisa dipakai sekolah yang pelajarnya banyak melakukan tawuran. Akhirnya, melalui model Imtak, guru BP, guru bidang kurikulum, kepala sekolah dan tenaga pendidik lainnya diberikan pelatihan agar bisa memberikan mentoring dengan pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL). DSL adalah pembinaan keislaman dengan pendekatan teman sebaya dalam bentuk kelompok yang terdiri dari sepuluh sampai lima belas siswa. Penerapan model Imtak dengan pendekatan DSL ternyata lumayan berhasil. Tingkat tawuran pelajar tahun 2001 menurun. Dari 16 titik tawuran di DKI Jakarta, jumlah kasus tawuran turun dari 122 kasus menjadi 70 kasus pada tahun 2003. SMK yang menerapkan DSL waktu itu adalah SMK Poncol, SMK Bahariawan, SMK Budut dan sekolah lain yang dikenal sering melakukan tawuran. Saat ini ada 150 sekolah di DKI yang mengembangkan model ini. ”Jadi kalau masih ada sekolah yang pelajarnya tawuran, itu berarti pendidikan Imtaknya belum dilakukan,” ujar Sholeh. Soleh sudah pernah panjang lebar memaparkan solusi menyelesaikan masalah tawuran pelajar di internet. Sholeh tak cuma mendisain model Imtak. Ia juga mengembangkan model SKKS (Sistem Kredit Kegiatan Kesiswaan), untuk mendorong prestasi siswa. ”Melalui sistem ini, aktivitas siswa lebih dihargai, baik aktivitas yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah,” kiata Sholeh. Misalnya, siswa mengikuti lomba basket di tingkat RT. Kalau menang, ia akan mendapatkan skor 1. Kalau menang di tingkat kecamatan, siswa mendapatkan skor 2. ”Skor-skor itu menjadi bagian penilaian akhir anak,” kata Sholeh. Menurut Sholeh, kadang-kadang sekolah sering melakukan justifikasi terhadap anak yang kurang berprestasi di bidang akademik. Padahal si anak mempunyai prestasi di bidang lain, seperti di bidang olahraga. Nah, model SKKS akan menilai prestasi siswa dari segala aspek, bukan hanya dari prestasi akademiknya saja. Pada tahun 2001, Sholeh menerima penghargaan untuk model SKKS yang dikembangkannya itu. Kemudian pada tahun 2002, kembali Sholeh mengikuti LKG, dan meraih juara kedua. Dalam LKG itu, Sholeh menulis tentang unit produksi sebagai replika praktek kerja siswa. Dalam mengembangkan unit produksi atau unit usaha di sekolah, Sholeh bekerja sama dengan sebuah perusahaan obat. Unit usaha tersebut dimodali oleh sekolah, tapi dikelola oleh siswa sendiri, dari mulai perencanaan, pelaksanaan, promosi, penjualan sampai kepada hasil. ”Dengan didirikan unit usaha ini, maka ada tempat untuk praktek kerja siswa,” kata Sholeh. Unit usaha ini juga melatih para siswa untuk memasarkan suatu produk. Untuk mendorong semangat siswa, sekolah membebaskan membayar uang sekolah selama beberapa bulan bagi siswa yang dapat memenuhi target tugasnya dalam unit usaha. Pada awalnya para orang tua siswa sempat protes kepada pihak sekolah karena mereka mengira anaknya tidak belajar di sekolah, malah disuruh jualan. Namun Sholeh memberikan penjelasan kepada para orang tua, bahwa unit usaha di sekolah hanya sarana untuk praktek kerja. ”Para orang tua pun akhirnya mengerti, dan malah mendukung,” kata Sholeh. JADI JURI LKG Karena terus mendapatkan juara di LKG, Sholeh tidak dibolehkan ikut LKG lagi. Tapi Sholeh diminta untuk menjadi juri LKG di tahap awal yang menyeleksi naskah yang masuk. Sholeh menjadi juri tahap awal selama tiga tahun berturut-turut, yaitu 2003, 2004 dan 2005. ”Ada sekitar 1.800 naskah yang masuk dari para peserta. Tapi herannya naskah yang saya nilai, umumnya jadi juara,” kata Sholeh sambil tersenyum. Sholeh juga kreatif menulis. Ia telah menghasilkan banyak artikel, beberapa buku dan modul. Salah satu hasil tulisannya yang berjudul ”Mairil, Satu Bentuk Penyimpangan Seksual di Kalangan Santri”, pernah diterbitkan sebuah majalah Psikologi di Jakarta. Mairil adalah istilah di pesantren untuk perbuatan homoseksual. Sholeh juga menjadi editor sebuah penerbit. ”Padahal saya tidak punya keahlian jurnalitik, hanya modal ingin belajar saja,” ujar Sholeh, merendah. Sholeh sudah memiliki hobi menulis sejak duduk di bangku PGA (Pendidikan Guru Agama) –setara dengan SMA. Sholeh paling suka membuat puisi. Di samping itu, Sholeh juga punya hobi membaca. Sholeh dilahirkan di Pati, Jawa Tengah, dari pasangan H. Dimyathi dan Daryah. Sholeh yang lahir tanggal 17 Oktober 1954, adalah anak pertama dari 9 bersaudara. Ayahnya adalah pensiunan veteran pejuang tahun 1945. sedangkan ibunya adalah pedagang. Sholeh tumbuh di lingkungan santri. Ada 52 pesantren berada di sekitar rumahnya. Tapi meski belajar di pesantren, Sholeh tidak pernah tinggal di pondok pesantren. Ia tetap tinggal di rumah membantu ibunya berjualan. Atau terkadang menyiapkan makanan untuk seluruh keluarga. Tidak ada cita-cita jadi guru di benak Sholeh waktu ia kecil. ”Saya hanya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain,” kata Sholeh. Tapi watak kepemimpinan dan rendah hatinya sudah tampak sejak kecil. Watak itulah yang ia bawa hingga dewasa. Di sekolahnya kini Sholeh memposisikan dirinya sebagai pengayom. Sholeh sangat memperhatikan persoalan-persoalan sekolah, siswa dan para guru. Ia tak segan memberikan nasihat atau bimbingan kepada siapa saja yang membutuhkannya. Untuk menjalankan peran sekolah secara benar, Sholeh membuat sistem mekanisme kerja terlebih dahulu. Sholeh membuat dulu standar operasional prosedur organisasi, sehingga setiap warga sekolah mengetahui tugas dan fungsi pokoknya. ”Dengan begitu, setiap langkah dan kebijakan yang diambil tidak akan melenceng dari sistemnya,” kata Sholeh. Setelah lulus dari PGA, Sholeh kemudian meneruskan pendidikan ke IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, tahun 1974. Sebelumnya Sholeh sempat mencicipi kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, tapi tidak ia teruskan karena terbentur biaya. ”Waktu itu jaman sedang susah. Orang antri untuk dapat beras. Banyak yang hanya bisa makan bulgur, jagung merah,” kenangnya. Selama kuliah, Sholeh tinggal di tempat indekos di Yogyakarta. Untuk mengirit duit kiriman orang tuanya, ia menjual jasa sebagai juru masak untuk keluarga yang punya tempat indekos. ”Dengan uang kiriman Rp 10.000 dan beras 10 liter, per bulan, saya tak bisa membeli apa-apa. Beras pun sering tak cukup,” kata Sholeh. ”Tapi dengan jadi juru masak, saya mendapat imbalan makan gratis,” Sholeh menambahkan. MASUK TKS BUTSI Tahun 1980, Sholeh lulus dari IAIN. Kemudian Sholeh memilih masuk ke TKS BUTSI (Tenaga Kerja Sukarela Badan Urusan Tenaga Kerja Sukarela Indonesia) dan ditempatkan di Jakarta. Pada tahun ketiga Sholeh di TKS BUTSI, ia ditawari program pertukaran pekerja untuk belajar, atau biasa disebut pertukaran pelajar. Lokasi penempatannya ada tiga pilihan, yaitu Papua, Timor-Timor dan luar negeri. Sholeh bingung mau memilih yang mana. Ia berpikir, kalau pergi ke Papua, ia takut terserang malaria. Seperti banyak diberitakan kala itu bahwa di Papua masih ada wabah malaria. Kalau pergi ke Timor-timor ia takut terkena peluru nyasar karena kala itu masih terjadi perang. Sedangkan kalau pergi ke luar negri, ia tidak percaya diri karena bahasa Inggris-nya kacau balau. Namun, akhirnya Sholeh memilih luar negeri. Sholeh mengambil les bahasa Inggris intensif sebelum ujian penyaringan program pertukaran pelajar. Ia serius mempersiapkan bahasa Inggris-nya, sampai-sampai tak mau lagi berhubungan dengan teman-temannya. Sholeh tak mau diganggu. ”Bahkan ada surat dari orangtua, tidak saya buka, sampai les bahasa Inggris kelar,” kata Sholeh sambil tertawa. Ternyata usahanya membawa hasil. Ia lulus les bahasa Inggris, dan lulus pula dalam seleksi untuk program pertukaran pelajar. Ia akan ditempatkan di Filipina. Sebelum berangkat ke Filipina, Sholeh pulang ke rumah orang tuanya di Pati, Jawa Tengah, untuk pamit. Namun tidak terduga, sampai di rumah Sholeh dinikahkan dengan gadis pilihan orangtuanya. Kemudian Sholeh kembali ke Jakarta, dan melapor ke Departemen Tenaga Kerja –yang menggelar program pertukaran pelajar itu. Ternyata ada peraturan yang melarang menikah kepada para peserta program pertukaran pelajar. Apa daya, akhirnya Sholeh batal berangkat ke Filipina. Dia malah dikirim ke Bandung untuk mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) di Akademi Tenaga Pekerjaan Umum (ATPU). Di ATPU, Sholeh belajar teknik. Tentu bukan urusan gampang bagi Sholeh yang sebelumnya lebih banyak belajar agama. ”Bayangkan, saya yang memiliki latar belakang pendidikan agama di IAIN, harus belajar teknik,” katanya. Tapi Sholeh bertekad harus bisa, supaya bisa lulus dari ATPU. Dan, ia berhasil. Setelah tamat dari ATPU, Sholeh ditugaskan menjadi Petugas Lapangan Proyek (PLP). Kerena dinilai berhasil dalam menjalankan tugasnya sebagai PLP, Sholeh diikutkan dalam pelatihan teknisi proyek. Selesai pelatihan, Sholeh menjadi kepala teknisi proyek. Namun karena sesuatu hal, Sholeh akhirnya keluar dan pindah bekerja ke Hotel Indonesia (HI). Di HI Sholeh mengurusi manajemen koperasi. Tapi ia hanya bertahan 6 bulan, lalu mengundurkan diri. ABDI PENDIDIKAN Tahun 1984, Sholeh ikut tes pegawai negeri sipil dan lulus. Kemudian tahun 1985 ia diangkat jadi guru agama di STM 26 Pembangunan, Jakarta. Di sinilah ia meneratas kariernya sebagai pengajar sejati. Dunia pendidikan akhirnya menjadi ladang pengabdiannya. Pada 1998, Sholeh mengikuti pelatihan kepala sekolah. Dan, tahun 2000 ia benar-benar diangkat menjadi kepala sekolah di SMK 20, Jakarta Selatan. Di sekolah itu Sholeh membuat terobosan dengan membuka program perbankan syariah. Program ini dibuka atas kerja sama SMK 20 dengan Bank Muamalat. ”Ini program pertama yang dibuka di Indonesia,” ujar Sholeh bangga. Sekarang sudah banyak SMK yang membuka program ini. Sholeh menjadi kepala SMK 20 selama 4 tahun 6 bulan. Kemudian ia mengambil kuliah di STIM, tapi karena kesibukannya, ia agak lambat menyelesaikan pendidikannya, dan baru bisa menggondol gelar S2 tahun 2005. Sebelumnya, tahun 2004, Sholeh dipindahkan ke SMKN 56 Teknologi di Pluit, Jakarta Utara. Sebelumnya sekolah ini bermasalah, tapi setelah Sholeh memimpin di situ mulai membaik. Manajemen menjadi lebih baik. Sarana dan prasarananya pun ditingkatkan oleh Sholeh. ”Waktu saya masuk dulu ke sana, kondisi komputernya masih pentium satu, sekarang sudah pentium 4,” kata Sholeh. Bahkan tahun 2005, SMK 56 56 memenangi lomba net kuis se- Jakarta. Kini, Sholeh masih menyimpan satu obsesi. Ia ingin sekolah yang dipimpinnya menjadi sekolah bertaraf internasional. ”Mungkin saya tidak bisa mencapainya, karena keterbatasan waktu,” kata pria berumur 52 tahun itu. ”Tapi saya ingin mengarahkannya menuju ke sana,” Saleh menambahkan. Ia masih tetap bersemangat meski sebentar lagi harus pensiun. 31 March 2008 12:45 WIB http://www.penapendidikan.com/drs-h-a-sholeh-dimyathi-mf-mm-dengan-imtak-menengahi-tawuran/

Label Legenda Popeye


Anda pasti pernah menonton film popeye kan? Popeye sebagai jagoan selalu mampu mengalahkan musuh-musuhnya dengan memakan spinach alias bayam. Nah … tahukah anda bahwa dibalik film itu ada dampak bagi label kehidupan kita. Apa itu?

Pendapat … makanlah ini atau itu maka masalahmu akan terselesaikan. Sepertinya menjadi salah satu ikon dalam memberi pemahaman pada kita untuk rajin makan makanan bergizi. Saya akui itu baik.…namun …

Penggunaan … “makanlah ini maka masalahmu akan terselesaikan” …. atau yang lebih mirip lagi …. “Makanlah ini maka kau akan sukses” …. telah menjangkiti model iklan suatu produk/jasa.

Yang jelas sekali kita lihat. Iklan Biskuat … digambarkan bila si anak memakan biskuit itu maka kekuatannya akan berlipat seperti singa. Lebih parah lagi si anak yang lagi buru-buru ke sekolahnya sehingga tidak sempat makan pagi. Dengan hanya makan biskuat telah cukup untuk memenuhinya. Bukankah ini mengajarkan hal yang tidak benar. Si anak bagaimanapun juga harus makan pagi dulu sebelum pergi sekolah. Bila tidak dilakukan maka di sekolahnya ia akan kelaparan dan mengganggu proses belajarnya. Atau di akan jajan di sekolah, yang ini sudah jelas-jelas mengajarkan hal kurang baik dari segi konsumtif dan barang jajanan yang kurang terjamin kesehatannya.

Makanlah Biskuat, maka kau akan kuat seperti singa. Pesilat cilik … ragu-ragu untuk melakukan lompatan. Segera ia makan biskuat dan efeknya si pesilat cilik ini PeDe abis untuk bisa melakukannya. Itulah gambaran iklannya. ….. Aneh bin ajaib kepercayaan diri dibangun dari suatu barang yang sebenarnya dari sisi akal itu tidak logis. Makan biskuat itu hanya menambah nutrisi dan itu perlu beberapa jam untuk bisa dicerna dan digunakan tubuh dalam metabolisme. Anehnya tiba-tiba si anak memiliki energi yang kuat untuk bisa melakukannya. Jelas ini suatu pendidikan yang buruk bagi si anak, yaitu mengajarkan suatu mitos makanan hebat seperti popeye. Suatu mitos yang hanya akal-akalan alias bohong-bohongan pada diri si anak. Apakah kita senang mengajarkan kebohongan pada anak-anak kita? Dan ini dilakukan secara besar-besaran oleh sebuah perusahaan dengan iklannya.

Ada kasus pada perang dunia ke-1. Pada saat itu berkembang rumor para pilot Inggris selalu mengkonsumsi vitamin A sehingga mampu mengalahkan pilot Jerman di pertempuran udara. Pilot Jerman kesulitan untuk bisa mengalahkan pilot Inggris dalam pertempuran malam. Mereka medengar rahasia ini, yaitu pilot Inggris meminum Vitamin A untuk bisa melihat malam. Segera mereka mengkonsumsi Vitamin A, tapi …. tetap saja mereka kalah dalam pertempuran udara malam. Lambat laun mereka baru mengetahui adanya teknologi radar untuk pertempuran udara.

Nah … kembali lagi label popeye dengan mitos bayamnya. Akankah mitos ini kita terus paksakan pada masyarakat kita … demi agar anak-anak kita rajiin makan? Bila TIDAK, maka penanyangan film popeye dan iklan yang membohongi itu harus dihentikan sejak sekarang. Anda sebagai orang tua atau saudara di keluarga, ketika melihat penanyangan film ini berikanlah pemahaman bahwa untuk menyelesaikan masalah bukan sekedar dengan makan makanan hebat, tapi dengan keinginan kuat dari diri utuk menyelesaikan masalah itu dan belajarlah untuk menghadapinya dengan kesabaran, ketekunan dan doa.