L A B E L

Labeling, Labelling, Labeler, Iklan, BO - Bimbingan Orang Tua -, D - Dewasa -, SU - Semua Umur -, Film, Movie, Kartun, dan Pendidikan. Blog ini untuk membantu kita melihat sisi lain dari persepsi yang diinginkan dari marketer dunia. Jangan mau jadi korban iklan dan acara tv.

Kapitalisme dan Pasar Bebas


Kapitalisme merambah ke pelosok daerah dengan mengatas namakan pasar bebas. Coba anda bayangkan sebuah perusahaan besar dengan modal besar masuk ke sebuah negeri. Katanya sih mau investasi. Apa bisnisnya? Kita ambil aja, “MEGA MALL” penjualan langsung. Segera saja ia, membangun MEGA MALL di sudut-sudut kota. Sudah harganya murah, produknya terjamin, nyaman berbelanja, fasilitas pelayanannya bagus, keamanan terjamin, plus ada bonus berbelanja. Wah …. Gimana nggak laku tuh … MEGA MALL. Setuju nggak? Yang perlu anda perhatikan MEGA MALL hanya dimiliki oleh segelintir orang. Kita mungkin tidak tahu siapa pengusahanya. Yang kita tahu hanya merek MEGA MALL. Pokoknye … MEGA MALL ini OK punya!!! Tapi dibalik itu ada sebuah tempat yang mungkin semakin sepi. Ya … pasar tradisional. Yang becek bila hujan, tidak ada jaminan produk asli, mau komplain juga susah karena pedagangnya sudah kabur, panas di siang hari, bau sampah, rawan copet, kalau bawa anak bisa hilang di pasar, dan tidak ada jaminan setiap pedagang adalah jujur. Anda masih mau ke pasar tradisional? Dominasi MEGA MALL terhadap pasar tradisional sebuah bentuk implikasi “pasar bebas”. Pasar tradisonal mau bersaing dengan MEGA MALL? Bagaimana caranya?................... Jadi ini yang kita sebut “pasar bebas”?

OK Kita ambil contoh lain. Suka nonton sepakbola kan? Pasti pernah dengar klub MU atau dari Catalan klub Real Madrid atau di Italiano ada AC Milan. Nah ini adalah klub besar, yang saya berkeyakinan klub besar ini nggak bakalan turun ke divisi dua alias terusssss aja di divisi utama. Dan bakal meraup gelar yang banyak. Kenapa bisa gitu? Yah .. masa nggak tahu? Mereka kan klub kaya bin raya. Jadi bisa beli pemain bagus yang mata duitan trus pelatih yang otaknya tokcer punya. Apalagi? Juga manajer yang jago mengelola klub. Jadi nggak melulu kualitas sdm saja yang mereka miliki tapi juga kualitas keuangannya juga ok.

Trus apalagi… dalam dunia pesawat penumpang. Hanya ada dua nama besar perusahaan produksi pesawat, yaitu BOEING dan AIRBUS. Yang lainya kemana? Wah dah ke laut kali….IPTN aja bangkrut. Padahal produksinya bagus lho CN-235 dan lain-lain. Saya mau tanya ini yang disebut pasar bebas?

Untuk dalam negeri … banyak banget contoh monopoli. PDAM dengan air bersihnya. PLN dengan listriknya. Pertamina dengan minyak buminya. Apalagi coba? Ya memang .. itukan perusahaan negara untuk melayani kepentingan masyarakat banyak. Betul nggak? Tapi di era kapitalisme … semakin banyak perusahaan negara yang dilepas menjadi perusahaan terbatas demi efisiensi anggaran negara. Dan ketika dilepas … maka akan ada perampingan, PHK dan lain-lain yang berhubungan pengetatan anggaran untuk menaikkan laba. Kita ambil contoh aja maskapai GARUDA.

Udah ah … ampe di sini dulu ya … coba pikirkan untuk bisa bersaing dengan perusahaan besar itu….

Jangan mau jadi penonton aje …

Label Iklan Shampoo di TV


Shampoo merupakan salah satu produk kesehatan rambut. Kita bisa membedakan antara orang yang ramputnya terawat dengan yang tidak terawat. Dan segera kita menebak … kalo nggak terawat, maka pasti nggak di shampoo. Karena kita sudah punya persepsi bahwa rambut yang ditampilkan di iklan adalah rambut yang bagus … keren dan sehat. Tapi apakah memang betul rambut yang di iklan itu bagus dan apa dampaknya bagi para pemilik rambut ? (red: Sebagian besar manusia punya rambut di kepalanya)

Bagi yang kepalanya botak, sepertinya tidak perlu shampoo. Tapi bagi yang memiliki rambut, mencucinya dengan shampo, seperti sudah masuk dalam area wajib. Kenapa tidak? Dalam iklan itu, kita didik untuk memiliki rambut yang sehat. Bila rambut kita tak terurus, maka orang-orang akan menjauh dari anda, karena rambut anda yang kusut.

Tapi … yang namanya iklan ada sisi lain yang perlu kita catat. Bahwa iklan ada kalanya membesar-besarkan sesuatu yang sebenarnya itu “Not a big deal”. Bukan sesuatu yang besar, tapi menjadi besar karena pengaruh iklan yang frekuensinya tinggi dengan kualitas penanaman persepsi yang baik.

Contohnya begini, salah satu iklan menggambarkan rambut sehat dan indah dengan rambut yang HITAM, PANJANG, TEBAL, LURUS dan KUAT (tidak mudah tercabut). Nah lho … perhatikan persepsi yang ditanamkan. Disitu ada kejahatan terselubung yang secara tidak langsung mendiskreditkan orang yang memiliki rambut keriting, kribo, tipis dan berwarna lain.

Coba bayangkan … ketika melihat iklan itu, bagaimana perasaan orang yang rambutnya tidak seperti itu. Yang secara genetik sudah dari sononya dah gitu. Mo apa lagi ….bentuknya keriting kok, tega-teganya suami minta rambutku diubah jadi lurus.. Atau bagaimana rasanya ketika orang itu bertemu dengan orang lain yang rambutnya seperti iklan itu, minder kali yee… .ih … rasa mindernya muncul dari mana ya? Ya dari pendidikan iklan shampoo itu.

Jangan aneh … para korban iklan itu berlomba-lomba mengunjungi butik kecantikan untuk mengubah model rambutnya agar mirip dengan model iklan shampoo itu. Suatu bentuk pengeluaran biaya hanya untuk menutupi rasa rendah dirinya.

Selain itu … iklan shampoo ini jelas tidak sesuai dengan kaum wanita Papua di wilayah timur Indonesia, yang rambutnya tidak seperti yang diiklankan dan sulit untuk bisa diubah seperti iklan. Yang parahnya lagi kalau laki-laki Papua ternyata lebih menyukai wanita yang rambutnya seperti yang diiklankan. Wah berabe nih … bisa-bisa wanita Papua bakal nggak laku. Dan ini tentu akan berakibat pada keturunan asli generasi suku di Papua. Sebuah dampak bagi diskriminasi genetik domestik tingkat tinggi.