L A B E L

Labeling, Labelling, Labeler, Iklan, BO - Bimbingan Orang Tua -, D - Dewasa -, SU - Semua Umur -, Film, Movie, Kartun, dan Pendidikan. Blog ini untuk membantu kita melihat sisi lain dari persepsi yang diinginkan dari marketer dunia. Jangan mau jadi korban iklan dan acara tv.

Label Iklan Shampoo di TV


Shampoo merupakan salah satu produk kesehatan rambut. Kita bisa membedakan antara orang yang ramputnya terawat dengan yang tidak terawat. Dan segera kita menebak … kalo nggak terawat, maka pasti nggak di shampoo. Karena kita sudah punya persepsi bahwa rambut yang ditampilkan di iklan adalah rambut yang bagus … keren dan sehat. Tapi apakah memang betul rambut yang di iklan itu bagus dan apa dampaknya bagi para pemilik rambut ? (red: Sebagian besar manusia punya rambut di kepalanya)

Bagi yang kepalanya botak, sepertinya tidak perlu shampoo. Tapi bagi yang memiliki rambut, mencucinya dengan shampo, seperti sudah masuk dalam area wajib. Kenapa tidak? Dalam iklan itu, kita didik untuk memiliki rambut yang sehat. Bila rambut kita tak terurus, maka orang-orang akan menjauh dari anda, karena rambut anda yang kusut.

Tapi … yang namanya iklan ada sisi lain yang perlu kita catat. Bahwa iklan ada kalanya membesar-besarkan sesuatu yang sebenarnya itu “Not a big deal”. Bukan sesuatu yang besar, tapi menjadi besar karena pengaruh iklan yang frekuensinya tinggi dengan kualitas penanaman persepsi yang baik.

Contohnya begini, salah satu iklan menggambarkan rambut sehat dan indah dengan rambut yang HITAM, PANJANG, TEBAL, LURUS dan KUAT (tidak mudah tercabut). Nah lho … perhatikan persepsi yang ditanamkan. Disitu ada kejahatan terselubung yang secara tidak langsung mendiskreditkan orang yang memiliki rambut keriting, kribo, tipis dan berwarna lain.

Coba bayangkan … ketika melihat iklan itu, bagaimana perasaan orang yang rambutnya tidak seperti itu. Yang secara genetik sudah dari sononya dah gitu. Mo apa lagi ….bentuknya keriting kok, tega-teganya suami minta rambutku diubah jadi lurus.. Atau bagaimana rasanya ketika orang itu bertemu dengan orang lain yang rambutnya seperti iklan itu, minder kali yee… .ih … rasa mindernya muncul dari mana ya? Ya dari pendidikan iklan shampoo itu.

Jangan aneh … para korban iklan itu berlomba-lomba mengunjungi butik kecantikan untuk mengubah model rambutnya agar mirip dengan model iklan shampoo itu. Suatu bentuk pengeluaran biaya hanya untuk menutupi rasa rendah dirinya.

Selain itu … iklan shampoo ini jelas tidak sesuai dengan kaum wanita Papua di wilayah timur Indonesia, yang rambutnya tidak seperti yang diiklankan dan sulit untuk bisa diubah seperti iklan. Yang parahnya lagi kalau laki-laki Papua ternyata lebih menyukai wanita yang rambutnya seperti yang diiklankan. Wah berabe nih … bisa-bisa wanita Papua bakal nggak laku. Dan ini tentu akan berakibat pada keturunan asli generasi suku di Papua. Sebuah dampak bagi diskriminasi genetik domestik tingkat tinggi.

0 komentar: